Kedudukan Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Kedudukan Guru Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar – Pada umur sekolah anak telah memiliki area baru, ialah area sekolah yang telah sangat berbeda dari area rumah( keluarga).

Fase ini dinamakan fase sosialisasi. Anak mulai tahu dengan sahabat, guru- guru, orang dagang yang berjualan di sekolah, serta lain- lain diluar tidak hanya keluarganya. Anak mulai tahu dengan bermacam peraturan yang wajib ditaati. Pada masa ini watak“ keakuan” anak telah mulai menurun. Energi intelektual telah mulai tumbuh, energi fantasi, keingin tahuan serta mau meniru telah mulai menonjol.

Pengaruh area sekolah dalam pembuatan individu anak, antara lain dilatarbelakangi oleh:

  1. Kurikulum
  2. Ikatan guru dengan partisipan didik
  3. Tata tertib

Kurikulum pembelajaran selaku perlengkapan ataupun tata cara buat mendidik generasi muda dengan baik serta membantu mereka buat membuka serta meningkatkan potensinya. Islam memakai kata manhaj buat kata kurikulum yang dimaksud jalur yang cerah yang dilalui umat manusia pada bermacam kehidupannya. Jalur cerah tersebut merupakan jalur yang dilalui oleh pendidik dengan orang- orang yang dididiknya buat meningkatkan pengetahuan keahlian serta perilaku mereka.

Pemikul tugas serta tanggung jawab disekolah merupakan guru. Tugas guru serta pemimpin sekolah di samping membagikan ilmu pengetahuanpengatahuan, keahlian, pula mendidik anak beragama. Disinilah sekolah berperan selaku pembantu keluarga dalam membagikan pembelajaran serta pengajaran kepada partisipan didik. Pembelajaran budi pekerti serta keagamaan yang diselenggarakan di sekolah- sekolah haruslah ialah kelanjutan, setidak- tidaknya jangan berlawanan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.

Dalam penafsiran yang simpel, guru merupakan orang yang membagikan ilmu pengetahuan kepada partisipan didik. Guru dalam pemikiran warga merupakan orang yang melakukan pembelajaran ditempat- tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pembelajaran resmi, namun dapat pula di masjid, di surau ataupun mushola, dirumah serta sebagainya. Guru memanglah menempati peran terhormat di warga. Kewibawaanlah yang menyebabakan seseorang guru dihormati, sehingga warga tidak meragukan figur guru.

Warga percaya kalau figur gurulah yang bisa mendidik partisipan didik mereka supaya jadi orang yang berkepribadian mulia.

Dalam Undang- undang guru serta dosen bab1 pasal 1 ayat( 1). Guru merupakan pendidik handal dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, memusatkan, melatih, memperhitungkan, serta mengevaluasi partisipan didik pada pembelajaran anak umur dini jalan pembelajaran resmi, pembelajaran bawah, serta pembelajaran menengah.

Guru ialah salah satu dari key factor dalam pendidikan Agama Islam. Dia wajib berfungsi aktif serta bertanggung jawab cocok dengan tugas yang dia emban dalam proses implementasi pengembagan kurikulum Pembelajaran Agama Islam.

Ahmad Tafsir berkomentar kalau pendidik ataupun guru yakni orang berusia yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan partisipan didik dengan tingkatkan sebagian kemampuan yang dimilikinya yang meliputi, aspek afektif( rasa), kognitif( cipta), ataupun aspek psikomotorik( karsa). 30 Lebih lanjut lagi Ahmad Tafsir menarangkan pendidik dalam Islam yakni kedua orang tua, yang mempunyai 2 perihal besar dalam pertumbuhan partisipan didiknya, awal selaku kodrat dimana kedua orang tua bertangung jawab atas anaknya dengan mendidik yang baik, kedua sebab kepentingan orang tua yang dapat memusatkan partisipan didik dalam mencapai kesuksesan.

Seseorang pendidik pula wajib meningkatkan dirinya dengan bermacam- macam kompetensi, semacam halnya dalam amanat Undang- undang Guru serta Dosen kalau seseorang pendidik wajib memiliki 4 kompetensi dalam tugasnya, ialah: awal Kompetensi pedagogik, kedua kompetensi karakter, ketiga kompetensi handal, serta keempat kompetensi sosial.

Oleh sebab itu butuh rasanya seseorang pendidik supaya senantiasa tingkatkan keahlian, pengetahuan serta perilaku yang baru dalam performa tugas kewajibannya.

Terdapat 4 kedudukan berarti untuk guru dalam pendidikan Pembelajaran Agama Islam, ialah: guru selaku penyampai pengetahuan, guru selaku pelatih keahlian, guru selaku pengarah serta pembimbing. Pada praktinya, peran- peran tersebut tidak ditatap selaku eklektik, namun bisa dipadukan ataupun minimun dipadukan antara yang satu dengan yang yang lain.

Selaku titik poin yang gampang buat dimengerti hingga penulis bisa memformulasikan kalau tugas pendidik yakni selaku:

  1. Organisator: pendidik sanggup mengelola aktivitas akademik semacam penataan seperangkat pendidikan.
  2. Inspirator: tetap membagikan masukan maupun ilham kepada pesrta didik baik dalam perihal penyelesaian maslah atapun pencarian permasalahan.
  3. Instruktor: faham serta sanggup menyamPendidikan Agama Islamkan pembelajarannya dalam kelas.
  4. Fasilitator: sanggup menjadikan dirinya selaku sarana utama dalam pendidikan.
  5. Evaluator: membagikan penilaian yang cocok pada partisipan didik dalam kesahariannya.
  6. Modernisator: bawa dan memperkenalkan kepada partisipan didik hendak pergantian yang terjalin, baik yang kerkenaan dengan pendidikan, teknologi maupun isu- isu yang up to date yang dikira dalam pembelajaran.
  7. Agent of Socialization: ialah membagikan sosialisasi serta arahan kepada partisipan didik dalam pendidikan yang berlangsung.

Buat melaksanakan tugasnya tersebut seseorang guru Pembelajaran Agama Islamjuga wajib memahami pengetahuan yang hendak di informasikan serta pula tetap mempunyai sifat- sifat yang baik, dengan sifat- sifat yang dipunyai diharapkan dapat jadi panutan untuk partisipan didiknya serta selaku jalur buat dapat ditaati oleh partisipan didik dalam proses mediator, fasilitator, evaluator, pembimbing yang mana wajib dijalankan secara handal selaku tugas dasarnya pendidikan.

Sebab walaupun guru Pembelajaran Agama Islam, dengan pengetahuan yang luas hendak namun tidak mempunyai watak yang baik hingga hendak percuma. Seseorang guru pula wajib mempunyai tangungg jawab memusatkan partisipan didiknya dalam mencapaian tujuan Pembelajaran Agama Islamyang sebetulnya, ialah dengan metode menanamkan sifat- sifat Allah selaku bagian dari ciri kepribadiannya, serta menepis anggapan tugas pendidik yang tidak cuma selaku pentransfer pengetahuan( tranfer of knowledge) saja, melainkan selaku penginternalisasi nilai- nilai( virtues) pada partisipan didik.

Seseorang guru pula merupakan wujud arsitektur yang bisa membentuk jiwa serta sifat partisipan didik, guru memiliki kekuasaan buat membentuk serta membangun karakter partisipan didik jadi seorang yang bermanfaat untuk agama, nusa serta bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang bisa diharapkan membangun dirinya serta membangun bangsa serta negeri.

Jabatan guru mempunyai banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas ataupun diluar dinas dalam wujud dedikasi. Tugas guru tidak cuma selaku profesi, namun pula selaku sesuatu tugas kemanusiaan serta kemasyarakatan. 36 Seseorang guru wajib senantiasa tingkatkan keahlian, pengetahuan serta perilaku yang baru dalam performa tugas kewajibannya. Sebab guru mempunyai kedudukan sentral dalam proses pendidikan.

Oleh sebab itu, buat menghasilkan output pembelajaran yang bermutu, diperlukan guru yang bermutu dalam mendidik partisipan didiknya buat menggapai tujuan yang di idamkan. Apabila dimengerti, hingga tugas guru tidak cuma terbatas bilik sekolah, namun pula selaku penghubung antara sekolah serta warga. Apalagi apabila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak cuma yang sudah di sebutkan di atas, melainkan lebih luas lagi.

Sekolah sudah membina anak tentang kecerdasan, perilaku, atensi, serta lain sebagainya dengan style serta triknya sendiri sehingga anak mentaatinya. Area yang positif ialah area sekolah yang membagikan sarana serta motivasi buat berlangsungnya Pembelajaran Agama Islam. Sebaliknya area sekolah yang netral serta kurang meningkatkan jiwa anak buat gemar beramal, malah menjadikan anak picik, serta berwawasan kecil.

Watak serta perilaku ini membatasi perkembangan anak. Area sekolah yang negatif terhadap pembelajaran agama ialah area sekolah berupaya keras meniadakan keyakinan agama di golongan partisipan didik. Tata tertib disekolah pula sangat pengaruhi pertumbuhan anak, oleh sebab itu disekolah wajib menanamkan perilaku disiplin kepada anak, sebab ketertiban itu wajib diawali semenjak dini.

Di Indonesia, lembaga pembelajaran yang senantiasa diidentikkan dengan lembaga pembelajaran Islam merupakan pesantren, Madrasah Ibtidaiyah( MI), Madrasah Tsanawiyah( MTs), serta Madrasah Aliyah( MA) serta sekolah kepunyaan organisasi Islam dalam tiap tipe serta jenjang yang terdapat, tercantum akademi besar semacam UIN, IAIN serta STAIN.

Seluruh Socrates serta Confosius menamkan 3 perihal dalam menggapai tujuan pembelajaran ialah tidak hanya nilai( Virtues) terdapat Rational Autonomy, serta Sprituality yang wajib senantiasa ditekankan dalam pendidikan partisipan didik. Amati lembaga ini hendak melaksanakan proses pembelajaran yang bersumber pada kepada konsepkonsep yang sudah dibentuk dalam sistem pembelajaran Islam.

Telah jelas kalau guna sekolah, ialah selaku lembaga yang memfasilitasi proses pertumbuhan anak secara merata sehingga mereka bisa tumbuh secara maksimal cocok dengan harapanharapan serta norma- norma yang berlaku di warga, dan berfungsi dalam perihal pengembangan aspek sosiomoral serta emosi anak dengan keahlian guru dalam mendidik serta karakteristik- karakteristik individu yang cocok dalam area pembelajaran serta warga.

Watak Yang Wajib Dipunyai oleh Guru Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Bawah Berikut merupakan sebagian watak yang pantas buat dipunyai oleh seseorang guru Pembelajaran Agama Islam, sebagaimana di informasikan dalam sebagian refrensi yang ada watak pendidik itu meliputi;

1. Ikhlas serta zuhud, 2 watak ini ialah watak bawah yang teranamkan dalam karakter pendidik, sebab dengan penanaman watak ini hingga pendidik tidak senantiasa mengharapkan imbalan dalam tugasnya walaupun imbalan itu dibutuhkan hendak namun bila pendidik dapat mempunyai watak ini hingga hendak terpandang mulia sebab dia memperoleh petunjuk dari- Nya. Dalam Surah Yasin 21 Allah berfirman:

Maksudnya:“ ikutilah orang yang tiada memohon Balasan kepadamu; serta mereka merupakan orang- orang yang menemukan petunjuk.”

2. Rendah hati, tabah; ialah lanjutan watak yang sangat mulia buat senantiasa dipunyai sebab seseorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya mengalami bermacam- macam kepribadian partisipan didik. Dalam surah Al Baqarah ayat 153 disebutkan kalau tabah menjadikan penolong untuk hambanya,

Maksudnya:“ Hai orang- orang yang beriman, Jadikanlah tabah serta shalat selaku penolongmu, Sebetulnya Allah beserta orang- orang yang tabah.”

3. Penyantun, penyayang, dan sering di dengar semacam halnya perilaku ayah kepada anaknya, perihal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali‘ Imran 159 yaitu

Maksudnya:“ Hingga diakibatkan rahmat dari Allah- lah kalian Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kalian berlagak keras lagi berhati agresif, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. sebab itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun untuk mereka, serta bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu,,,”

4. Konsisiten terhadap perkataan serta perbuatannya dan jadi panutan untuk partisipan didik. perihal ini cocok dengan firman Allah dalam surah Al Baqarah 44 yaitu

Maksudnya:“ kenapa kalian suruh orang lain( mengerjakan) kebaktian, lagi kalian melupakan diri( kewajiban) mu sendiri, Sementara itu kalian membaca kitab, hingga bukanlah kalian berpikir,”

5. Adil serta terbuka terhadap partisipan didik, 42 dalam makna ini watak adil terhadap partisipan didik yakni dengan tidak membeda- bedakan latar balik partisipan didik, dalam surah An Nahl ayat 90 Allah berfirman

Maksudnya:“ Sebetulnya Allah menyuruh( kalian) Berlaku adil serta berbuat kebajikan, berikan kepada kalangan saudara, serta Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran serta permusuhan. Ia berikan pengajaran kepadamu supaya kalian bisa mengambil pelajaran.”

Serta setelah itu watak terbuka dari seseorang pendidik hendak membagikan keterbukaan( openness) pula terhadap partisipan didik atas hal- hal yang dialaminya, semacam kasus dalam belajar maupun kasus yang lain.

Tidak hanya sifat- sifat di atas seseorang pendidik pula telah semestinya menjadikan dirinya selaku pewaris watak Rasulullah SAW ialah shidiq( jujur), amanah( bisa dipercaya), tabligh( mengantarkan wahyu dalam makna ini mengantarkan pengetahuan) serta fathanah( pintar).

Dengan mengihiasi sifat- sifat inilah seseorang pendidik hendak menjadikan dirinya panutan yang baik“ uswatun khasanah” atas partisipan didiknya dengan membawakan partisipan didik pada perkembangan serta potensinya sampai jadi manusia yang diharapakan oleh bangsa serta agama.

Dalam bukunya William Walter Smith dinyatakan kalau“ The good teacher has a brigth face”, 45 guru yang baik yakni guru yang memiliki wajah yang bersinar. Dalam makna ini yakni watak yang ditonjolkan oleh guru tidak lain yakni watak yang baik sebab kasus yang terutama dalam interaksi pendidikan yakni menimpa pembelajaran moral“ moral education” yang wajib senantiasa ditunjukkan, paling utama dalam pengaruh kehidupan sosial yang jadi basis terjadinya suatu moralitas kehidupan.

Terdapat 4 teori moral yang dinyatakan dalam tulisannya John Dewey yang bisa membagikan konstribusi secara siginifikan terhadap pembelajaran moral ialah;

  1. The inner and outer,
  2. the opposition of duty and Interest,
  3. Intelligence and character, and
  4. The social and the moral.

Yang mana dari kesemuanya ialah pendukung terjadinya moral, baik diterapkan oleh pendidik maupun partisipan didik dalam kehidupan.

Leave a Comment